PARENTING

Oleh : Ummu Syaddad

 

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau doa anak yang sholeh.” (HR Muslim). Demikian isi salah satu hadist yang sering digunkan dalam dunia parenting.

Hadist ini memberi sinyal kuat pada orang tua bahwa anak adalah amanah. Mereka wajib men-solehkan mereka, sebagai bagian dari generasi yang akan melanjutka estafet kehidupan serta salah satu tumpuan ‘tabungan’ ortu saat raganya sudah tidak berada di dunia. Maka penting bagi ortu untuk memahami bagaimana memperlakukan anak dengan baik, menunaikan hak2 mereka terutama dalam perkara pendidikan. “Tiada suatu pemberian yang lebih utama dari orang tua kepada anaknya selain pendidikan yang baik.” (HR. Al Hakim: 7679).

Melalui hadist ini, Rasulullah mengingatkan kita bahwa pendidikan adalah salah satu aspek penting dalam interaksi orang tua dengan anak yang akan mempengaruhi prilku anak di masa depan. Pendidikan yang dimaksud bukan sekedar memilihkan sekolah saat anak siap sekolah, namun sejak anak berada dalam kandungan. Dalam kenyataannya, tidak semua ortu memahami tugas ini. Kesalahan pendidikn pada anak bisa menjerumuskan anak pada kemaksiatan bahkan bisa menyeret ortunya ke dalam neraka, naudzubillah..
Lihatlah ada ortu yang menganiaya anak, menelantarkan anak bahkan masih berupa janin sudah diaborsi. Ada yang memperlakukan anak kecil seperti orang dewasa dan sebaliknya. Serta masih banyak lagi, maka disinilah pentingnya ortu memahami bagaima seni mendidik anak, bagaimana memperlakukan mereka agar menjadi anak2 yang bertaqwa, yang mampu mengarungi kehidupan ini dengan bekal taqwa tadi dan kelak kembali berkumpul disebaik2 jannahNya.

Pengertian parenting

Sebagian orang tua mungkin sudah sering mendengar istilah parenting, secara harfiah, arti parenting adalah pengasuhan anak. Dengan demikian, parenting style bisa dimaknai sebagai pola asuh anak. Menurut sebuah penelitian yang dimuat dalam jurnal Frontiers in Psychology, pengertian parenting menurut para ahli adalah sikap dan perilaku orangtua terhadap anak-anak beserta perasaan emosional di mana perilaku orangtua dapat diekspresikan.

Jenis-jenis parenting

Dikutip dari artikel parenting sehatq.com, Psikolog Diana Baumrind pada 1960-an mengelompokkan pola parenting anak menjadi tiga jenis. Lalu, di tahun-tahun setelahnya, penelitian yang dilakukan oleh Maccoby dan Martin menambah satu jenis gaya parenting lagi.

Keempat gaya parenting tersebut adalah:

1. Authoritarian parenting (pola asuh otoriter)

Orang tua yang menjalani pola asuh otoriter, memastikan anaknya mengikuti semua aturan ketat dari ayah dan ibunya. Jika anak gagal mengikuti aturan, maka biasanya hukuman tegas akan langsung diberikan. Orang tua yang otoriter, biasanya tidak akan menjelaskan alasan di balik hukuman atau peraturan yang mereka berikan pada anak. Pola asuh ini digambarkan sebagai orang tua yang mendominasi dan diktator. Jika anak bertanya “Kenapa saya harus melakukan itu?” maka jawaban seperti “Ya karena Mama bilang begitu,” biasanya sering terucap.

Dampak pola asuh otoriter pada anak:
Anak yang diasuh oleh orang tua yang otoriter, biasanya tidak akan kesulitan untuk mengikuti aturan. Namun, anak juga bisa tumbuh menjadi sosok yang agresif dan mudah berkonflik dengan orang lain. Dampak lain dari pola asuh otoriter adalah hilangnya rasa harga diri anak. Sebab, opini atau pendapatnya sering diabaikan, bahkan oleh orang-orang terdekatnya, yaitu keluarga dan orang tua. Karena aturan kelewat ketat itu juga, banyak anak yang dibesarkan di lingkungan otoriter menjadi pembohong ulung. Mereka terbiasa berbohong untuk menghindari hukuman yang keras dari orang tua.

2. Authoritative parenting (pola asuh otoritatif)

Sama seperti orang tua yang menganut pola otoriter, ayah dan ibu yang menjalani pola asuh otoritatif juga berekspektasi anaknya mengikuti aturan mereka. Orang tua otoritatif mau mendengarkan pertanyaan anak dan responsif terhadap segala hal yang dilakukan buah hati. Mereka memang memiliki ekspektasi yang tinggi pada anak, tapi di saat yang bersamaan juga memberikan dukungan, kehangatan, dan berinteraksi dengan anak. Saat anak mengalami kegagalan, mereka pun akan lebih bisa memaafkan dan bersikap bijaksana, dibanding dengan orang tua otoriter yang langsung menghukum.

Dampak sistem parenting ini, punya kemungkinan besar untuk tumbuh menjadi sosok taat aturan tanpa paksaan. Sebab, orang tua selalu menjelaskan alasan di balik setiap larangan dan anjuran yang ada.

3. Permissive parenting (pola asuh permisif)

Orangtua yang menjalani pola asuh permisif punya ciri-ciri sebagai berikut:

-Sangat jarang atau bahkan tidak pernah memiliki ekspektasi tertentu pada anak
-Jarang mendisiplinkan anak
-Responsif terhadap hal-hal yang dialami anak
-Sifatnya nontradisional dan memberikan banyak kelonggaran pada anak
-Cenderung menghindari konfrontasi
-Komunikatif
-Lebih banyak memposisikan diri sebagai teman bagi anaknya.

Dampak pola asuh permisif pada anak:

Anak-anak yang tumbuh dengan orang tua yang permisif, akan lebih berisiko mengalami kesulitan di sekolah maupun hal akademis lainnya. Mereka juga akan menunjukkan sikap yang mungkin dianggap kurang sopan atau menghargai karena tidak terbiasa mengikuti aturan. Pola asuh ini juga banyak menghasilkan anak-anak yang kurang percaya diri dan sering bersedih. Sisi negatif dari pola asuh ini juga membuat anak berisiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan, seperti obesitas. Sebab, orantua tidak mengatur pola makan anak sejak kecil dan membiarkannya melahap setiap makanan kesukaan.

4. Uninvolved parenting (pola asuh membiarkan)

Pola asuh yang terakhir adalah pola asuh membiarkan atau uninvolved parenting. Orangtua yang menjalaninya, hampir tidak memiliki ekspektasi untuk anaknya. Mereka juga tidak responsif dan hampir tidak pernah berkomunikasi dengan anak. Meski orang tua tersebut tetap memenuhi kebutuhan dasar anak, seperti menyediakan tempat tinggal yang layak, makanan yang cukup, dan uang untuk keperluan sekolah dan lain-lain, tapi tidak terlibat dalam kehidupan buah hatinya. Mereka tidak memberikan arahan, nasihat, larangan dan anjuran, atau dukungan emosional pada anak. Pada kasus-kasus yang parah, orang tua bahkan sama sekali tidak mau berurusan dengan anak dan tidak memenuhi kebutuhan dasarnya.

Dampak pola asuh membiarkan pada anak:
-Anak yang dibesarkan oleh orang tua dengan gaya parenting ini biasanya tumbuh menjadi orang yang tidak bahagia dan tidak punya rasa percaya diri serta rendah diri. Secara akademis, anak-anak tersebut biasanya sulit untuk berprestasi maupun mengikuti pelajaran layaknya anak-anak lain. Perilaku mereka juga baisanya kurang baik.
-Pola asuh anak yang dilakukan orang tua bisa berubah-ubah tergantung dari berbagai faktor. Orangtua yang mempraktikkan uninvolved parenting, misalnya, bisa saja tidak melakukan hal itu dengan sengaja, tapi karena ada faktor lain yang memengaruhi seperti:
-Kesehatan mental yang butuh perawatan
-Harus bekerja siang malam demi menghidupi keluarga

Dampak pola asuh pada anak dari masing-masing gaya parenting juga bisa berbeda-beda. Gambaran di atas hanyalah dampak yang umumnya terjadi. Mungkin masih banyak lagi model parenting lainnya, namun sebagai seorang muslim selayaknya kita mengambil Parenting Islami. yaitu cara mengatur pola pengasuhan anak berdasarkan ajaran islam, sesuai dengan Al-Qur’an dan sunah Rasulullah SAW. Parenting ini bertujuan untuk membentuk kepribadian Islami pada anak. Yakni menjadikan aqidah Islam sebagai landasan anak dalam berpikir dan berbuat.

Apa saja yang penting untuk diketahui? : Karakterstik naluri dan kebutuhan jasmani pada anak, tahapan stimulasi, dan tahapan perkembangan anak (yaitu perkembangan fisik, motoric, indra dan pemenuhan kebutuhan materi. Berikutnya perkembangan emosional dan kebutuhan kebutuhan psikologis (termasuk perubahan emosi dalam diri anak). Lalu perkembangan social, perkembangan kemampuan berbahasa dan perkembangan intelektualitas (Buku Dasar2 Mendidik anaanak usia 1-10 tahun))

Penutup
Memastikan pembentukan kepribadian islami pada anak tentu meniscayakan suasana belajar tanpa batas pada ortu. Sebab mendidik anak tidaklah mudah, bagaimana kita menghadapi perubahan zaman yang demikian cepat lalu meemastikan perlakuan yang tepat pada anak. Bagaimana mengupayan pengokohan aqidah yang kuat serta keterikatan anak pada hukum syara yang kuat. Sehingga memiliki pola pikir yang selalu mengkaitkan antara fakta dengan maklumat sebelumnya berdasarkan kaidah islam serta pola sikap dalam memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kaidah Islam. Allahu a’lam

PARENTING

94 gagasan untuk “PARENTING

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *