Urgensi Konsep Halalan Thoyyiban Dalam Membangun Generasi Unggul
يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
“Wahai manusia, makanlah dari makanan yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh setan itu musuh yang nyata bagimu.” [QS. Al-Baqarah:168]
Allah SWT membolehkan kita mengkonsumsi segala jenis makanan yang halal dan thoyyib. Makan halal dan thoyyib juga menyehatkan bagi diri manusia dan tidak membahayakan bagi tubuh dan akal manusia (Tafsir Ibnu Katsir).
Kadar tubuh manusia Allah SWT ciptakan siap menerima makanan yang halal thoyyib. Tubuh manusia tidak memerlukan makanan yang haram dan tidak thoyyib. Semua makanan halal yang masih alami – asli ciptaan Allah SWT – tanpa campur tangan manusia, pasti thoyyib buat manusia.
Makanan yang halal dan thoyyib sangat banyak jumlahnya, sehingga kita tidak perlu melirik kepada makanan yang haram dan tidak thoyyib, tanpa memperhatikan lagi ada manfaat atau tidak di dalamnya. Mengharamkan apa yang dihalalkan Allah SWT dan menghalalkan apa yang diharamkan Allah SWT adalah perbuatan yang telah mengikuti langkah-langkah syaithon yang berarti langkah menuju neraka.
Akibat dari kedzaliman manusia. Pada zaman ini sulit memperoleh makanan yang halal dan thoyyib. Makanan olahan yang beredar di pasar-pasar (tradisional/modern), bahan utamanya halal tetapi seringkali mengandung bahan tambahan kimia sintetis berbahaya. Seringkali dalam memproses pengolahan makanan memakai campuran barang yang haram maupun yang tidak toyyib (berbahaya bagi tubuh manusia).
Dalam hal ini kita harus waspada, sebagaimana Rasulullah SAW telah memberi peringatan dalam
sabdanya : Akan datang suatu masa pada umat manusia, mereka tidak peduli lagi dengan cara untuk mendapatkan harta, apakah melalui cara yang halal ataukah dengan cara yang haram.” (H.R. Bukhari)
Imam al-Ghazali mengumpamakan urusan makanan dalam agama, ibarat pondasi pada sebuah bangunan.
Menurut beliau, jika pondasi itu kuat dan kokoh, maka bangunan itupun akan berdiri tegak dan kokoh. Demikian sebaliknya, apabila pondasi itu lemah dan rapuh, niscaya bagunan itu pun akan ambruk dan runtuh. Al-Ghazali lalu mengutip sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Murdawaih: athib math’amaka takun mustajaba al-da’wati “perbaikilah makananmu, niscaya Allah akan mengabulkan doa’amu” (Katsir, 2011: 137).
Manusia memerlukan kuantitas makanan yang sesuai dengan tahapan pertumbuhan tubuhnya. Tidak boleh kurang dan tidak boleh berlebih. Oleh karena itu, manusia harus menjalani pola makan sehat dan seimbang sesuai petunjuk ilmu gizi dan kesehatan.
Karena kualitas dan kuantitas makanan yang masuk kedalam tubuh manusia akan sangat mempengaruhi kualitas fisiknya dan optimalnya fungsi tubuh. Demikian juga kuantitas dan kualitas makanan dan minuman akan sangat mempengaruhi optimalnya fungsi otak dan indera manusia serta meningkatkan kecerdasannya.
Diterima dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah dan keduanya memiliki kebaikan (HR. Muslim).
Sebagaimana pentingnya perbaikan sistem pendidikan. Kita juga dapat memahami urgensi perbaikan pola makan peserta didik dengan makanan minuman yang halal dan thayyib. Sebagai bukti nyata kita mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul. Hal tersebut adalah untuk memperbaiki kondisi umat Islam dan menyongsong peradaban Islam gemilang.
Wallahu a’lam